Monday 18 May 2015

Proses Pembuatan Tepung Limbah Udang

Proses Pembuatan Tepung Limbah Udang
Tepung limbah udang (LU) terbuat dari limbah udang sisa hasil pengolahan udang setelah diambil bagian dagingnya, sehingga yang tersisa adalah bagian kepala, cangkang dan udang kecil utuh dalam jumlah sedikit. Kualitas dan kandungan nutrien LU sangat tergantung pada proporsi bagian kepala dan cangkang udang (Djunaidi. dkk, 2009).
Menurut (Mirzah, dkk. 2007) proses pembuatan tepung udang terdiri dari beberapa tahapan antara lain :

  • Mempersiapkan limbah udang yang dapat diperoleh dari pasar tradisional, industri                               pengalengan atau pembekuan udang.
  • Sebelum diolah limbah udang ini dibersihkan dari benda-benda asing yang melekat dan dicuci             dengan air segar.
  • Perendaman dengan larutan filtrat air abu sekam (FAAS) 20 %  selama 48 jam.Untuk                       memperoleh larutan abu sekam padi 20 % dilakukan dengan melarutkan 200 g abu sekam padi            dalam 1 liter air bersih. Larutan ini dibiarkan selama 24 jam, lalu disaring untuk memperoleh                 filtratnya dan siap digunakan.
  • Selanjutnya dipanaskan dengan autoclave selama 45 menit, dan langsung digiling menjadi                   bentuk pasta.
  • Dilanjutkan dengan proses fermentasi dengan EM­-4 dengan dosis 20 ml/100 gram substrat              dengan lama fermentasi 11 hari.
  • Kemudian di keringkan dengan cahaya matahari lalu digiling
Penggunaan bahan kimia sebenarnya dapat dihindari dengan menggunakan larutan filtrat air abu sekam (alkali) yang tidak bersifat polutan. Hasil penelitian Mirzah (2006), menunjukkan bahwa perendaman limbah udang dalam larutan filtrat air abu sekam (FAAS) 10% selama 48 jam dan dikukus selama 45 menit dapat menurunkan kitin dari 15,2% menjadi 9,87% dan meningkatkan kecernaan protein kasar dari 50% menjadi 70,50%, sedangkan kandungan zat-zat makanan lain tidak banyak berubah, yaitu bahan keringnya 86,40%, protein kasar 38,98%, lemak 4,12%, kalsium 14,63%, fosfor 1,75%, dan asam amino kritis seperti metionin 0,86%, lisin 1,15%, triptopan 0,35%, serta retensi nitrogen 66,13% dan energy termetabolis 2204, 54 kkal/kg. TLU hasil olahan dengan FAAS 10% tersebut lebih baik dibandingkan TLU tanpa diolah, yaitu dengan kandungan protein kasar 42, 6%, lemak 5,43%, kitin 15,24%, retensi nitrogen 55,23%, energi termetabolis 1984,87 kkal/kg, dan kecernaan protein 52,00%, namun kualitas TLU olahan itu perlu dievaluasi secara biologis melalui pemberian ransum kepada ayam broiler.
Pengolahan limbah udang digunakan filtrat air abu sekam (FAAS) 10%. Filtrat air abu sekam sebagai larutan untuk perendam dibuat dengan cara sekam padi yang telah diabukan secara sempurna dilarutkan dalam air bersih. Larutan abu sekam padi 10% diperoleh dengan melarutkan 100 g abu sekam padi dalam 1 liter air bersih. Larutan ini dibiarkan selama 24 jam, lalu disaring untuk memperoleh filtratnya dan siap digunakan. Setelah direndam selanjutnya limbah udang dikukus selama 45 menit, dan dikeringkan dengan cahaya matahari dan akhirnya digiling. Kandungan zat-zat makanan TLU tanpa olahan dan diolah dibandingkan dengan tepung ikan.
Untuk meningkatkan kualitas dan memaksimalkan pemanfaatan limbah udang ini, maka sebelum diberikan pada ternak perlu dilakukan  pengolahan,   yaitu yang dapat meningkatkan kecernaan dan menurunkan kandungan khitinnya.  Penggunaan teknologi pengolahan pakan yang tepat guna, untuk tujuan meningkatkan kualitas nutrisi limbah udang sangat diperlukan agar pemanfaatan proteinnya maksimal. Berbagai perlakuan pengolahan dapat dilakukan antara lain perlakuan fisik, kimia dan biologis serta kombinasinya.
Degradasi komplek senyawa protein-khitin-kalsium karbonat dengan sempurna baru akan terjadi bila limbah udang diperlakukan dengan enzim yang dihasilkan oleh kapang melalui proses fermentasi. Salah satu caranya adalah  menggunakan jasa kapang dari mikroorganisme penghasil enzim khitinase. Menurut hasil penelitian Nwanna ( 2003), untuk pengolahan limbah udang secara fermentasi dapat menggunakan  inokulumLactobacillus sp sebagai fermentor  untuk pembuatan silase limbah udang, yaitu dalam waktu 14 hari.  Nilai gizinya (protein kasar) cukup tinggi, yaitu 58,96 %. Namun waktu fermentasi cukup lama, yaitu sampai 14 hari. Waktu pengolahan yang sangat lama ini tidak efektif dan efisien dalam penyediaan bahan baku pakan unggas. SelainLactobacillus sp, juga dapat digunakan inokulum EM-4, yaitu bakteri fermentasi yang berisi kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pruduksi ternak, sebagian besar terdiri dari genus Lactobacillus sp, bakteri fotosintetik,Actinomycetes sp, Sreptomyces sp, jamur pengurai selulosa dan ragi yang berfungsi menguraikan selulosa atau khitin pada limbah udang (Kyusey Nature Farming Societies, 1995;  Indriani, 2003).
Pengolahan dengan menggunakan kultur campuran EM-4 dapat meningkatkan kandungan nilai gizi dan  kualitas nutrisi TLU dibandingkan TLU hasil preparasi dengan FAAS saja. Penggunaan inokulum dengan kultur campuran (EM-4) lebih baik dibandingkan  inokulum dengan mono kultur (Lactobacillus sp).  Produk TLU olahan terbaik diperoleh pada pengolahan dengan menggunakan EM-4 dengan dosis 20 ml/100 gram substrat dngan lama fermentasi 11 hari.

1 comments:

Tommy said...

Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.

Salam,

(Tommy.k)

WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com

Management

OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com